Senin, 06 Februari 2012

Puisi Cinta Asmara

Puisi Cinta Asmara

sampai Menutup Mata

Lantunan kidung jiwa yang mengalun
Diantara hembusan hembusan nafas
Saat bibir terhenti sejenak untuk mengucap

Lonceng lonceng rindu bergema mencipta rangkaian nada
Untuk seberkas cinta yang terjalin sudah
Diantara senja
Rintihan malam membawa kedamaian hati
Saat dua hati melangkah mendekat manja

Mengikat cinta yang terdalam..
Rembulan tersenyum..
Bersama lesung pipit bintang
Memandang jauh dua insan
Laksana pijar bintang…

Cinta ini pun terangi jiwa yang gelap
Laksana panas api asmara…
Membakar bekunya darah yang menggumpal
Entah berapa lama
Menyejukkan hati bersama cinta yang kau hembuskan padaku sampai penghujung usia

Puisi

OOH  CINTAKU

Angin berjalan pelan karena jalanan licin
meski perasaan diburu perasaan
pusaran amuk rindu yang telanjang
bergolak-golak bagai batu es
dingin beku sarat dengan deru
memerah semburat biru pipi langit

angin rindu menyeretku ke dunia bawah laut
mencoba menebak di mana engkau sembunyi, cintaku
di balik karang, di bawah pasir, di dalam ikan
atau engkau telah menjadi ikan atau bahkan air
mengapa aku masih kebingungan mencari engkau
aku hanya berputar-putar tak kemana
hantaman rindu telah membutakan dunia
hingga yang ada hanya ingin engkau ingin
tanpa terasa ganggang biru telah baluti tubuhku

ikan rindu
kerang rindu
air rindu
bumi langit rindu
memecah jantung rimba raya
kenapa rindu memaksa
kebangkitan resah gelisah gundah gulana
sedangkan, meskipun aku telah bertemu dengan engkau
bahkan menyatu denganmu
aku tetap selalu rindu...

Puisi Asmara

SAAT  INDAH

Saat indah, lihat kerling matamu
                 menusuk tajam rongga sukma
                 derai ilalang melambai lesu

Saat indah, tangkap ulas senyummu
                 memeluk jingga-jingga biru
                 merunduk mencari garis pelangi

Saat indah, gamit lenganmu
                 menulis puisi dalam rasa
                 lebur malam cerah

Saat indah, lepas aku
                 renangi kolam angin
                 dahaga merintih rindu


Jakarta, 6 Juni 2000

Puisi Asmara

NAFSUMU, NAFSUKU, NAFSU KITA

Kupu-kupu salju
yang hinggap di batang ara
memahat kobar cahaya
di ruas-ruas waktu
gagu-gagu
memburu

belalang biru
menggeret batang-batang bisu
panggil jengkerik
yang mengerek kereta api
di ubun-ubun malam
merentang lidah api
hingga rerumputan dahaga
mabuk menari-nari

waktu yang melompat-lompat
dari ranting sunyi ke lorong badai
menelan semuanya
lalu tertegun kelu
(habis amuk rindu)

Jakarta, 22 Desember 1999

Total Tayangan Halaman