NAFSUMU, NAFSUKU, NAFSU KITA
Kupu-kupu salju
yang hinggap di batang ara
memahat kobar cahaya
di ruas-ruas waktu
gagu-gagu
memburu
belalang biru
menggeret batang-batang bisu
panggil jengkerik
yang mengerek kereta api
di ubun-ubun malam
merentang lidah api
hingga rerumputan dahaga
mabuk menari-nari
waktu yang melompat-lompat
dari ranting sunyi ke lorong badai
menelan semuanya
lalu tertegun kelu
(habis amuk rindu)
Jakarta, 22 Desember 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar