Kamis, 08 Desember 2011

ULUMUL QUR’AN


A.  Ma’na Ulumul Qur’an
Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab, yaitu ulum dan Al-Qur’an. Kata Ulum adalah jamak dari kata ilmu.
Abu Syahbah mendefenisikan: Ilmu yang dimaksud adalah sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan.
Adapun Al-Qur’an ulama ushul, ulama fiqih, dan ulama bahasa mereka mendefinisikan, Al-Qur’an ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW. Yang lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surah Al-Fatihah sampai akhir surah An-Nas. Secara bahasa, Ulumul Qur’an adalah ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
Adapun defenisi ulumul Qur’an berdasarkan istilah, menurut:
Ø Manna’ Al-Qaththan: “Ilmu yang mencakup pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi informasi tentang asbabannuzul, kodifikasi dan tertib penulisan Al-Qur’an ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah dah hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
Ø Az-Zarqani: “Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi turun, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, nasikh, mansukh, penolakan hal-hal yang dapat menimbulkan keraguan terhadapnya, serta hal lainnya.
Ø Abu Syahbah: “Sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, mulai dari proses penurunan, urutan penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-mansukh, muhkammatasyabih, serta pembahasan lainnya.

B.  Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur’an
Menurut Abu Bakar Al-Arabi, ilmu-ilmu Al-Qur’an itu, mencapai 77.450. hitungan ini diperoleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al-Qur’an dengan enpat karena tiap-tiap kalimat mempunyai empat makna, yaitu: zhahir, batin, hadd dan mathla, jumlah itu semakin bertambah jika melihat urutan kalimat-kalimat di dalam Al-Qur’an serta hubungan diantara urutan-urutan itu.
M. Hasbi Ash-Shiddiqy berpendapat bahwa ruang lingkup pembahasan ulumul Qur’an terdiri atas enam hal pokok persoalan, berikut ini:
1.    Persoalan turunnya Al-Qur’an (nuzul Al-Qur’an)
2.  Persoalan sanad (rangkaian para periwayat)
3.  Persoalan qira’at (cara pembacaan Al-Qur’an)
4.  Persoalan kata-kata Al-Qur’an
5.  Persoalan makna-makna Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum.
6.  Persoalan makna Al-Qur’an yang berpautan dengan kata-kata Al-Qur’an.

C.  Urgensi atau Manfaat Ulum Al-Qur’an
Ulumul Qur’an dapat menolong kita dalam mengkaji Al-Qur’an dan memahaminya secara benar serta mengambil kesimpulan hukum dan tata krama kehidupan (adab). Sebab, seseorang yang mengkaji Al-Qur’an dan menafsirkannya tidak akan memperoleh kebenaran seandainya ia tidak mengetahui bagaimana Al-Qur’an ituditurunkan, kapan diturunkan, urutan surat dan ayat-ayatnya, kemukjizatan, ketetapan, nasikh dan mansukh, dan lain-lain, sebagaimana disebutkan dalam definisi ulum di atas.
Bagi seorang mufassir, ulum Al-Qur’an ini merupakan kunci. Perumpamaan urgensinya bagaikan ulum Al-Hadits bagi orang yang hendak mengkaji hadits secara benar. Al-Imam As-Suyuthi telah menyatakan urgensi Ulum Al-Qur’an dengan jelas dalam kitabnya Al-Itqan. Dia menyatakan kekagumannya kepada orang-orang terdahulu ketika dia masih berada pada masa-masa pencarian ilmu sebab mereka tidak menuliskan satu macam buku pun dalam Ulum Al-Qur’an.
Sesungguhnya orang yang telah mengkaji ilmu ini telah membekali atau mempersenjatai dirinya dengan senjata yang kuat dan tajam untuk melawan musuh Islam yang telah mengepung Al-Qur’an Al-Karim dengan berbagai tipu daya dan kebohongan yang mereka ada-adakan sesuai dengan kehendak hawa nafsu mereka. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa penjagaan terhadap Al-Qur’an merupakan kewajiban di atas kewajiban bagi umat Islam.
Orang yang mengkaji ilmu ini akan memperoleh pengetahuan yang besar tentang Al-Qur’an dan berbagai ilmu dan pengetahuan lainnya yang ada di dalamnya. Dia akan memperoleh peradaban yang tinggi dan luas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah sebaik-baik dan sebenar-benarnya pembicaran.

D.  Sejarah Ulum Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW. Secara berangsur-angsur sesuai dengan kejadian dan kebutuhan umat manusia. Allah telah menjamin Nabi membacakan dan memahamkan makna Al-Qur’an kepadanya.
Kemudian, Rasul menyampaikan kepada para sahabat secara berangsur-angsur segala hal yang telah diturunkan kepadanya agar mereka dapat menghafal lafaznya dan memahami maknanya, mengetahui rahasia-rahasianya, dan menjelaskan kepada mereka melalui lisan, perbuatan, kesepakatan, dan akhlaknya, atau sunnahnya yang mencakup semua komponen di atas.
Pada masa awal Islam, Ulum Al-qur’an dan ilmu-ilmu yang lainnya belum dikodifikasikan secara resmi dalam buku-buku dan lembaran-lembaran, melainkan tertulis dalam dada. Pada masa itu, yang telah tertulis hanyalah Al-Qur’an semata. Hal ini disebabkan ada riwayat di dalam kitab shahih yang melarang untuk menuliskan sesuatu, selain Al-Qur’an.
Oleh karena itu, kebanyakan sahabat dan tabi’in menjadi enggan dan berhati-hati untuk menuliskan dan mengodifikasikan sesuatu, selain Al-Qur’an. Bahkan hadits pun , pasa masa mereka belum dikodifikasikan. Mereka mencukupkan diri dengan menghafal dan meriwayatkannya semua ilmu yang mereka miliki secara lisan.
Pada masa Muawiyah, pengodifikasian dan penerbitan buku-buku semakin meluas daripada masa sebelumnya. Kemudian pada masa Abbasiyah Pertama, penerbitan semakin meluas sampai merambah pada sebagian besar ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.
Demikianlah yang kita lihat, pada masa itu, bahwa gerakan penerbitan dan mengodifikasian telah menjadi suatu kegiatan yang kuat, termasuk Ulum Al-Qur’an yang telah memperoleh perhatian yang tidak sedikit.

E.  Fadhail Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai rasul-Nya. Dan memiliki berbagai keistemewaan/keutamaan dibandingkan dengan kitab-kitab suci lainnya sebagai berikut di bawah ini:
1.    Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh bansa di manapun berada serta segala zaman/periode waktu.
2.  Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci Al-Qur’an dapat dipengaruhi jiwanya.
3.  Memutus rantai taqlid yang menghilangkan kebebasab berpikir serta memperlemah kemampuan berupaya dan berkarya manusia.
4.  Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan sebagai ilmu.
5.  Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami hukum dunia manusia.
6.  Menyamakan manusian tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang menentukan perbedaan  manusia di mata Allah AWT adalah taqwa.
7.  Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta menanamkan tauhid dalam jiwa.
Adapun fadhail Akhirat, yaitu: Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafaat) bagi penghafal, Hifzul Qur’an akan meninggikan derajat manusia di Surga, para penghafal Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan taat. Bagi para penghafal kehormatan berupa tujuh karomah (mahkota kemuliaan), kedua orangtua penghafal Al-Qur’an mendapat kemuliaan, penghafal Al-Qur’an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al-Qur’an, penghafal Al-Qur’an adalah orang yang akan mendapat untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi.
Membaca Al-Qur’an itu bukan saja menjadi amal ibadah, akan tetapi dapat juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Menurut ajaran Islam, membaca dan mendengarkan Al-Qur’an merupakan ibadah dan amal yang mendatangkan pahala dan rahmat.

F. Tilawah Al-Qur’an
Tilawah Al-Qur’an, bacaan atau pembacaan Al-Qur’an. Dalam ilmu Qiraah, pembacaan Al-Qur’an itu da bermacam-macam lahjah (bunyi suara atau bacaan). Hal ini karena sahabat Nabi SAW, yang menerima bacaan Al-Qur’an terdiri dari beberapa golongan dan setiap golongan merupakan lahjah masing-masing, dan juga merupakan konsekuensi dari kebiasaan membaca Al-Qur’an yang lebih dari satu macam bacaan.
Setiap orang muslim yakin bahwa membaca Al-Qur’an termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Al-Qur’an adalah sebaik-baiknya bacaan bagi orang muslim. Membaca Al-Qur’an itu bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi dapat juga menjadi obat dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Rasulullah SAW, pernah bersabda: “Terangilah rumah-rumah kalian dengan shalat dan membaca Al-Qur’an” (H.R. Al-Baihaki dari Anas RA).
Para ulama, dahulu dan sekarang, menaruh perhatian besar terhadap tilawah (cara membaca) Al-Qur’an sehingga pengucapan lafaz-lafaz Al-Qur’an menjadi baik dan benar.

G. Tadabbur Al-Qur’an
Tadabbur menurut bahasa berasal dari kata دبر yang berarti menghadap, kebalikan membelakangi. Tadabbur menurut ahli Bahasa Arab adalah التفكّر memikirkan. Maka, tadabbur bisa berarti memikirkan akibat dari sesuatu atau memikirkan maksud akhir dari sesuatu. Sedangkan tadabbur menurut istilah adalah “penelaahan universal yang bisa mengantarkan kepada pemahaman optimal dari maksud suatu perkataan”.
Tadabbur artinya berusaha memahami arti dari lafaz-lafaznya serta merenungi ayat-ayatnya untuk memperoleh pesan dan mendalami kesan yang muncul. Akal dituntut untuk berperan mengambil pelajaran. Hati diarahkan untuk ikut serta mengaktualisasi makna. Lalu jasad diorientasikan untuk terlibat mengamalkannya.
Membaca Al-Qur’an dengan perlahan akan memberikan kesempatan bagi kita untuk merenung dan mentadabburinya, dan itu adalah tujuan yang dicari dari membaca Al-qur’an. Dengan tadabbur, peran Al-Qur’an sebagai obat, rahmat, petunjuk, penjelasan atas segala sesuatu, serta pembeda yang benar dan salah akan semakin kentara. Dengan tadabbur, akan terwarisi sifat-sifat yang menjadi sumber kehidupan dan kesempurnaan hati. Dengan tadabbur, akan tercegah perangai-perangai yang menjadi sumber kerusakan dan matinya hati.
Sesungguhnya perenungan terhadap kitabullah adalah sebuah kunci untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dengannya dihasilkan segala kebaikan. Olehnya ditambahkan serta dihunjamkan iman kedalam hati. Setiap kali seorang bertambah renungannya terhadap Al-Qur’an, niscaya beretambah pula ilmu, amal, dan kearifannya.
H.      Tafsir Kontemporer
Mengenai penafsiran Al-Qur’an kontemporer adalah upaya melahirkan konsep-konsep Qur’any sebagai jawaban terhadap tantangan dan problematika kehidupan modern dan upaya mempertemukan antara Qur’an dan sains modern yang selalu berkembang dengan cepat dalam batas yang wajar dan ditpleransi oleh Islam.
“Kontemporer” bermakna sekarangatau modern yang berasal dari bahasa Inggris (contemporary). Sehingga dengan demikian tafsir kontemporer adalah kajian disekitar metode-metode tafsir yang berkembang pada era kontemporer.
Dewasa ini, cukup banyak tantangan yang dihadapi masyarakat Islam, bahkan umat manusia yang menanti petunjuk pemecahannya. Ia harus diantisipasi. Sebab, bukankah kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah berfungsi “memberi jalan keluar bagi perselisihan dan problem-problem masyarakat” (QS 2:213). Umat Islam, melalui pakarnya dituntut untuk memfungsikan Al-Qur’an sebagaimana ditunjukkan di atas, dan hal ini tidak mungkin dapat terlaksana tanpa pemahaman secara baik atas petunjuk-petunjuk kitab suci itu.

I. Ijaz Al-Qur’an
Kata i’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-i’jaz yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Al-Qaththan mendefinisikan i’jaz yaitu: “Memperlihatkan kebenaran Nabi SAW, atas pengakuan kerasulannya, dengan cara membuktikan kelemahan orang Arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemukjizatan Al-Qur’an”.
Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mukjizat. Tambahan ta’ marbhuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalighah (superlatif).
Di antara faktor yang mendasari urgensi pembahasan i’jaz Al-Qur’an adalah kenyataan bahwa persoalan ini merupakan salah satu di antara cabang-cabang pokok bahasan ulum Al-Qur’an. Maka, tidak heran kalau bahasan ini memperoleh perhatian yang serius dari para sarjana, baik dari kalangan muslim maupun nonmuslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman