Sabtu, 24 Desember 2011

Psikologi Umum (Perasaan dan Kecerdasan)



  1. Perasaan
1.      pengertian perasaan
Perasaan ialah suatu keadan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif. Jadi, unsure-unsur perasaan itu adalah:
>      Bersifat subjektif daripada gejala mengenal
>      Bersangkut-paut dengan gejala mengenal
>      Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain terhadap hal yang sama.
Karena adanya sifat subjektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengamatan, pikiran, dan sebagainya.
Pengenalan hanya bersandar pada hal-hal yang ada, berdasarkan pada kenyataan. Sedangkan perasaan sangat dipengaruhi oleh tafsiran sendiri dan orang yang mengalaminya.
Perasaan bukan merupakan suatu gejala kejiwaan yang berdiri sendiri, tetapi bersangkut-paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain, antara lain dengan gejala mengenal.
Gejala perasaan kita tergantung pada:
a.       Keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih mudah tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan segar.
b.      Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya.
c.       Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu, mudah dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya. Maka selain factor yang mempengaruhi perasaan seperti tersebut, masih banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi perasaan manusia, misalnya keadaan keluarga, jabatan, pergaulan sehari-hari, cita-cita hidup, dan sebagainya. Dalam kehidupan modern terdapat bermacam alat yang digunakan untuk memperkaya rangsang emosi, seperti: televise, radio, film, gambar, majalah, dan sebagainya.
Perasaan selain tergantung pada stimulus yang dating dari luar, juga bergantung pada:
1.      Keadaan jasmani individu yang bersangkutan. Kalau keadaan jasmani kurang sehat misalnya, hal ini dapat mempengaruhi soal perasaan yang ada pada individu itu. Pada umumnya orang yang dalam keadaan sakit, sifatnya lebih perasa bila dibandingkan dengan keadaan jasmani yang sehat. Suatu peristiwa tidak menimbulkan sesuatu perasan pada waktu sehat tetapi dapat menimbulkan sesuatu perasaan pada waktu individu itu dalam keadaan sakit. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara keadaan jasmani dengan keadaan psikis individu.
2.      Keadaan dasar individu. Hal ini erat hubungannya dengan struktur pribadi individu. Misalnya, ada orang yang mudah marah, sebaliknya ada orang yang tidak gampang marah. Dengan demikian, struktur pribadi individu akan turut menentukan mudah tidaknya seseorang mengalami sesuatu perasaan.
3.      Keadaan individu pada suatu waktu, atau keadaan temporer seseorang. Misalnya, orang yang pada suatu waktu sedang kalut pikirannya, akan mudah sekali terkena perasaan bila dibandingkan individu dalam keadaan yang normal.

2.      Tiga Dimensi Perasaan Menurut Wundt
Menurut W. Wundt perasaan tidak hanya dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang, melainkan masih dapat dilihat dari dimensi lain. Memang salah satu segi perasaan itu dialami sebagai perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Hal ini dinyatakan oleh Wundt sebagai dimensi yang pertama. Disamping itu, masih terdapat dimensi lain yaitu perasaan itu dapat dialami sebagai suatu hal yang “excited” atau sebagai “inert feeling”, hal ini olehWundt digunakan sebagai dimensi yang kedua. Sesuatu perasaan yang dialami oleh individu itu dapat disertai tingkah laku perbuatan yang menampak, misalnya orang menari-nari karena gembira sekali sehabis menerima uang banyak atau lulus ujian, tetapi adapula sekalipun ia menerima uang banyak atau lulus ujian dan mengalami sesuatu perasaan, tetapi ia tetap tenang saja tanpa adanya perbuatan atau tingkah laku yang menampak seperti pada orang yang pertama. Disamping itu, masih adanya dimensi lain yang digunakan sebagai dimensi yang ketiga yaitu “expextancy” dan “ release feeling”. Suatu perasaan dapat dialami oleh individu sebagai suatu yang masih dalam penghargaan. Ada pula perasaan yang dialami individu karena peristiwa atau keadaan itu telah nyata terjadi atau telah “release” (Woodworth & Marquis, 1957).
Stren juga membedakan perasaan dalam tiga golongan, yaitu:
1.         perasaan presens,yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan sekarang yang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yamg actual.
2.         perasan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan kedepan dalam kejadian-kejadian yang akan dating, jadi masih dalam pengharapan.
3.         perasaan yang berhubungan dengan waktu yang telah lalu, atau melihat kebelakang yang telah terjadi. Misalnya, orang merasa sedih karena terinagat pada waktu zaman keemasannya beberapa tahun yang lampau (Kohnstamm, Bigot, dan Palland, 1950)

3.      Perasaan dan Gejala-gejala Kejasmanian
Gejala perasaan tidak berdiri sendiri, melainkan bersangkut paut dengan gejala-gejala jiwa yang lain, bahkan perasaan dengan keadaan tubuh ini memang tidak dapat dipisahkan. Contoh, kalau ada orang bercakap-cakap biasanya disertai dengan gerakan tangan. Gerakan ini tidak lain dari ungkapan perasaan untuk memperjelas apa yang dikatakannya.
Keadaan tubuh dapat mempengaruhi perasaan dan ada pula perasaan yang menimbulkan gerakan tubuh. Kenyataan tersebut banyak kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan kita dapat memperkirakan apa yang dirasakan orang lain dengan memperhatikan gerakan-gerakannya secara visual, misalnya dari gerak matanya, lirik matanya, dan sebagainya.
Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan dapat berwujud:
>      Mimic, gerakan roman muka;
>      Pantomimic, gerakan anggota badan bagi orang bisu, tuli, terdiri dari gerakan-gerakan yang termasuk mimic dan pantomimic.
>      Gejala pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dan biasanya, muka menjadi pucat, dan sebagainya.

4.      Macam-macam perasaan
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya perasaan yang tinggi dan perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya suatu klasifikasi dari perasaan.
Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan, yaitu :
1)      perasaan tingkat sensoris
perasaan ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dan dingin
2)      perasaan ini bergantung kepada perasaan jasmani seutuhnya misalnya rasa segar, lelah, dan sebagainya
3)      perasaan kejiwaan.
Perasaan ini merupakan perasaan seperti rasa gembira, susah, dan takut.
4)      perasaan kepribadian
perasaan ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya perasaan harga diri, perasaan putus asa, p-erasaan puas (Bigot, Kohnstamm, palland, 1950).
Disamping itu, kohnstamm memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut :
1.      Perasaan keindraan
                              Perasaan ini adalah perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalnya perasaan yang berhubungan dengan pengecapan, umpamanya asam, asin, pahit, manis, yang berhubungan dengan bau, dan sebagainya. Juga termasuk dalam hal ini perasaan lapar, haus, sakit, lelah, dan sebagainya.
2.      Perasan kejiwaan
Dalam golongan ini perasan masih dibedakan lagi atas :
a.       Perasaan intelektual
b.      Perasaan kesusilaan
c.       Perasaan keindahan
d.      Peraaan kemasyarakatan
e.       Perasaan harga diri
f.       Perasaan ketuhanan.
I.       perasaan intelektual
perasaan ini merupakan jenis perasaan yang timbul atau menyertai perasaan intelektual,yaitu perasaan yang timbul bila orrang dapat memecahkan sesuatu soal,atau mendapatkan hal-hal yang baru sebagai hasil kerja dari segi intelektualnya.
II.    Perasaan kesusilaan
Perasaan ii timbul kala orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut norma kesusilaan.
III. Perasaan keindahan
Perasaan ini timbul kalu orang mengamatu sesuatu yang indah atau yang jelek.
IV. Perasaan kemasyarakatan
Perasaan ini timbul dalam hubungan dengan orang lain.
V.    Perasaan harga diri
Perasaan ini dapat positif, yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Tetapi perasaan ini juga dapat bersifat negative, yaitu bila orang mendapatkan kekecewaan.
VI. Perasaan ketuhanan
Perasaan ini berkaitan dengan kekuasaan Tuhan.
5.      Jenis-jenis Perasaan
1.      Simpati dan Empati
Simpati ialah suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang lain. Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama, atau karena berasal dari daerah yang sama, dan sebagainya.
Gejala perasaan yang berlawanan dengan simpati ialah antipati. Gejala perasaan ini menunjukkan ketidaksenangan kepada orang lain. Ketidaksenangan ini dapat berwujud suatu kebencian.
Empati ialah suatu kecenderungan untuk merasakan suatu yang dilakukan orang lain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut. Karena empati, orang menggunakan perasaannya dengan efektif di dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut mengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain.
2.      Emosi dan Perkembangan Pribadi
Sehubungan dengan fungsi-fungsi emosi seperti tersebut dapat disimpulkan bahwa emosi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia.
Namun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa manusia segala-galanya dikuasai oleh emosi. Sebab, emosi tidak merupakan gejala jiwa yang dominant bagi manusia, sebab masih ada factor-faktor lain yang ikut mempengaruhi terhadap kehidupan manusia.namun demikian, peranan emosi bagi manusia tidak dapat diabaikan.
Karena emosi berpengaruh terhadap kejiwaan kita, berarti berpengaruh juga terhadap kemauan dan perbuatan.maka gejala jiwa itu berpengaruh pula terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi.

6.   Fungsi perasaan
a)      Semua jenis perasaan mempunyai pengaruh  yang besar kepada setiap perbuatan dan kemauan kita.
b)      Perasaan itu cepat dan menular.guru yang mempunyai stemming dasar lincah, gembira, memiliki banyak humor dan simpatik, akan memberikan pengaruh pada pendidikan yang menguntungkan.
c)      Menyangkut perasaan indriawi seperti panas, dingin, sejuk, sedap, dan lain-lain, juga perasaan vital (senang, bahagia, sedih, dan lain-lain.), perlu dilakukan pembiasan, demi pengembangan kepribadian.
d)     Disekolah dan dirumah seyogianya ditumbuhkan perasaan intelektual ini, dalam upaya untuk mebangkitkan kesenangan (hobby) belajar.

  1. Kecerdasan
1.Pengertian Kecerdasan (inteligensi)
Menurut Spearman dan jones bahwa ada satu konsepsi lama tentang kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak, untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam bahasa yunani disebut nous, sedangkan penggunaan kekuatan termaksud disebut noesis. Kedua istilah tersebut kemudian dalam bahasa latin dikenal sebagai intelectus dan intelligentia. Selanjutnya dalam bahasa inggris masing-masing diterjemahkan sebagai intellect dan intelligence. Intelligece yang dalam bahasa Indonesia kita sebut inteligensi (kecerdasan), semula berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, tetapi kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain.
Pengertian inteligensi selalu mengandung bahwa inteligensi merupakan kekuatan / kemampuan untuk melakukan sesuatu. Masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah yang menggambarka kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Sementara menurut pandangan kaum awam inteligensi diartikan sebagai ukuran kepandaian.
Para ahli psikologi beranggapan bahwa inteligensi merupakan status mental yang tidak memerlukan definisi, sedangkan prilaku inteligen kebih konkrit batasan dan cirri-cirinya sehingga lebih mudah untuk dipelajari. Dengan mengidetifikasi cirri dan indicator perilaku inteligen, maka dengan sendirinya definisi inteligensi akan terkandung di dalamnya. Beberapa cirri dari perilaku cerdas / perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi.
1.         terarah kepada tujuan (purposeful behavior)
2.         tingkah laku terkoordinasi (organized behavior)
3.         sikap jasmaniah yang baik (physical well toned behavior)
4.         memiliki daya adaptasi yang tinggi (adaptable behavior)
5.         berorientasi kepada sukses (success oriented behavior)
6.         mempunyai motivasi yang tinggi (clearly motivated behavior)
7.         dilakukan dengan cepat (rapid behavior)
8.         menyangkut kegiatan yang luas (broad behavior)
Garner memberikan  definisi tentang kecerdasan, sebagai:
1.         kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
2.         kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.         kecakapan melakukan sesuatu/membuat sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupannya.
Feldam mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan memahami dunia, berfikir secara rasional.
Henmon mendefinisikan inteligensi sebagai daya / kemampuan untuk memahami.
Wachster mendefinisikan inteligensi sebagai totalitas seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efiktif.
Masyarakat umum untuk mengenal intelligence sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kapintaran, kemampuan berfikir seseorang atau kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Gambaran seseorang yang memiliki inteligensi tinggi, biasanya merupakan cerminan siswa yang pintar, siswa yang pandai dalam studinya. Memang, hal tersebut tidak bias dipungkiri, apalagi sejarah telah mencatat bahwa sejak tahun 1904, Binet, seorang ahli psikologi berbangsa prancis dan kelompoknya telah berhasil membuat suatu alat untuk mengukur kecerdasan, yang disebut dengan Intelligence Q uotient (IQ).
Sejak saat itu, kecerdasan selalu diartikan sangat sempit, yaitu sebagai kemampuan menyerap, mengolah, mengekspresikan, mengantisipasi, dan mengembangkan hal-hal yang berkenaan dengan pengetahuan, ilmu, dan teknologi.      Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kecerdasan diartikan sebagai kemampuan berfikir.
Dalam psikologi, dikemukakan bahwa intelligence, yang dalam bahasa Indonesia disebut inteligensi atau kecerdasan berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata. Akan tetapi, kemudian diartikan sebagai suatu kekuatan lain. Oleh karena itu, inteligensi atau kecerdasan terdiri dari tiga komponen, yaitu : (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan; (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan apabila tindakan tersebut telah dilaksanakan; (c) kemampuan untuk mengubah diri sendiri.

2.            Macam-macam Kecerdasan
Menurut Gardner ada 7 macam kecerdasan:
a.       inteligensi linguistic – verbal
b.      kecerdasan matematis – logos
c.       kecerdasan ruang – visual
d.      kecerdasan kinestetik atau geraka fisik
e.       kecerdasan misik
f.       kecerdasan hubungan social
g.      kecerdasan kerohanian.
Sedangkan macam-macam kecerdasan yang dikenal saat ini antara lain: kecerdasan emosional dan spiritual.
Kecerdasan emosional (SQ) mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotifasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memlihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin keterampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurang mampuan pengendalian moral. Bagaimanapun, kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa. Kecerdasan emosional menambahkan jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat kita menjadi lebih manusaiawi.
Konsep kecerdasan yang juga banyak dibahas dewasa ini, adalah kecerdasan emosional. Konsep ini muncul dari beberapa pengalaman, bahwa kecerdasan intelektual yang tinggi saja tidak cukup untuk menghantarkan orang menuju sukses. Menurut Daniel Goleman (1995) pengembangan kecerdasan emosional, orang-orang sukses selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi juga memiliki stabilitas emosi, motivasi kerja yang tinggi mampu mengendalikan sres, tidak mudah putus asa, dll. Pengalaman-pengalaman demikian memperkuat keyakinan bahwa disamping kecerdasan intelektual juga ada kecerdasan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan kejolak emosi), memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi sres, mampu menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan. Selain multiple dan emotional intelligence yang banyak dibahas saat ini, adalah kecerdasan spiritual atau spiritual intelligence. Konsep kecerdasanini dikembangkan oleh Zohar dan Marshall (2000). Pengrtian spiritual dalam konsep Zohar dan Marshall bukan dan tidak ada kaitannya dengan spiritual dalam konsep agama. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita memungkinkan kita utuh. Kecerdasan spiritual berda pada bagian yang paling dalam dari diri kita, terkait denga kebijaksanaan (wisdom) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bukan saja mengetahui nilai-nilai yang ada tetapi juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Zohar dan Marshall, mengemukakan beberapa indicator dari kecerdasan spiritual yang tinggi, yaitu:
Ø  kemampuan untuk menjadi fleksibel,
Ø  derajat kesadaran diri yang tinggi,
Ø  enggan melakukan hal yang merugikan,
Ø  ditandai oleh kecenderungan untuk mengapa, mencari jawaban mendasar,
Ø  mandiri,

3.            Mengukur kecerdasan
Dalam pergaulan sehari-hari dirumah atau masyarakat, dalam situasi belajar disekolah ataupun dalam hubungan kerja, kita tidak dapat menghindarkan diri dari perbuatan menilai, menilai perilaku seseorang, kepribadiannya ataupun kecerdasannya. Pengukuran kecerdasan diusahakan bener-benar mengukur kecakapan dasar, bukan hasil belajar, beas dari pengaruh pengalaman atau kebudayaan.
Sejak lama para ahlipsikologi mengadaka berbagai upaya pengukuran kecerdasan atau pengetesan inteligensi. Tes kecerdasan tertua disusun oleh Alfred Binet, seorang ahli psikologi perancis tahun 1905.
Tes kecerdasan dari binet diperuntukkan bagi anak berumur 2 sampai 15 tahun. Apabila usia mental (mental AGE)ini dibagi oleh usia kalender kronologikal (Chronogical Age) akan menunjukkan IQ-nya (Intelligence Quotient). Karena IQ ini menggunakan satuan ratusan maka hasil pembagian tadi dikalikan seratus. Oleh karena itu rumusnya menjadi :



IQ = MA/CA x 100


4.            Sebaran Kecerdasan dalam popolasi
Sebagian besar penduduk kecerdasannya normal (berada pada tingkat rata-rata) sebagian kecil diatas normal dan sebagian kecil lagi dibawah normal. Dengan berpegang pada satuan ukuran IQ sebaran penduduk menurut kategori kecerdasannya adalah sbb:


IQ
kategori
persentase
140 – ke atas
130 – 139
120 – 129
110 – 119
90 – 109
80 – 89
70 – 79
50 – 69
25 – 49
Di bawah 25

Genius
Sangat cerdas
Cerdas
Di atas normal
Normal
Di bawah normal
Bodoh (dull)
Debil (moron)
Imbecil
Idiot
0.25%
0,75%
6%
13%
60%
13%
6%
0,75%
0,20%
0,05%

Bagan 6.1 populasi individu menurut klasivikasi kecerdasannya

5.            Macam-macam Tes Kecerdasan
a.       Interligensi-tes Binet-Simon
Binet dan Simon keduanya bangsa perancis, menyelidiki inteligensi anak-anak berumur antara 3 – 15 tahun, untuk hubungan dengan pengetahuan sekolah. Isinya antara lain menirukan kalimat-kalimat, mrnyebut deretan angka-angka, membuat kalimat dengan 3 perkataan, dan sebagainya.
Dengan tes ini kita mendapatkan perbandinagan kecerdasan, disingkat PK atay Inteligensi Quotient disingkat IQ.
IQ tersebut kita dapatka dengan cara membagi umur kecerdasan (MA = Mental Age) ialah jumlah nilai jawaban yang betul dibagi umur kalender  (CA = Chronologocal Age) ialah umur anak yang diselidiki, kemudian dikalikan seratus.
Tetapi kalau pertanyaan yang pertama (untuk umur 6 tahun) ada satu atau lebih pertanyaan yang dijawab salah maka diajukan pula pertanyaan-pertanyaan untuk umur dibawah (5 tahun, 4 tahun, dan 3 tahun) sampai terjawab semua. Kemudian kita hitung umur kecerdasan, caranya sebagai berikut: pertanyaan-pertanyaan yang terjawab semua (5 pertanyaan), dinilai sama dengan umur pertanyaan, sedangkan jawaban-jawaban yang betul lainnya masing-masing dinilai seper lima, kemudian kesemuanya dijumlah. Jumlah tersebut kita bagi dengan umur anak, kemudian dikalikan seratus, maka kita dapat IQ.
b.      Tes Tentara (Army Mental Test) di Amerika
Pada tahun 1917 amerika Serikat terpaksa ikut dalam perang dunia I melawan Jerman. Karena itu, amerika terpaksa membentuk tentara secara besar-besaran dalam waktu singkat. Maka diadakanlah tes tentara meliputi 1.700.000 orang calon anggota tentara, dan dikerjakan oleh lebih 1000 orang pemeriksa dalam 35 asrama. Dalam tes tersebut digunakan psikoteknik, ialah ilmu jiwa yang mempelajari kesanggupan seseorang untuk memegang suatu jabatan yang sesuai dengan kecerdasan masing-masing. Karena itu, tes meliputi senegara, tes ini kemudian disebut national intelligence test .
c.       Mental Test
Ialah test untuk mengetahui segala kemampuan jiwa seseorang yang meliputi fantasi, ingatan, pikiran, kecerdasan, persaan. Jadi, inteligensi tes hanya merupakan bagian dari mental tes.
d.      Scholastic Test
Ialah tes untuk mengetahui tingkat pengajaran pada tiap-tiapmata pelajaran, pada tiap-tiap kelas. Yang dipentingkan ialah bekerja dengan cepat dan baik. Tes ini berguna untuk mengganti ulangan atau ujian.

6.            Hubungan IQ Dengan Proses Belajar
Kualitas inteligensi/kecerdasan yang tinggi dipandang sebagai factor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam belajar/meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Dan ternyata IQ mempunyai peranan dan hubungan yang sangat urgen dalam meraih prestasi belajar disekolah. Pandangan baru: faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan (kesuksesan) individu dalam hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya IQ (kecerdasan intelek) tetapi oleh factor kemantapan emosional (EQ). (dr: Daniel Goleman).
Banyak orang yang gagal dalam hidupnya bukan karena kecerdasan inteleknya rendah, namun karena mereka kurang memiliki kecerdasan emosional. Tidak sedikit orang yang sukses dalam hidupnya karena memiliki kecerdasan emosional meskipun inteligensinya pada tingkat rata-rata. Menurut Daniel G. bahwa IQ hanya menyumbang sekitar 5 – 10% bagi kesuksesan hidup.

7.            Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan
>      Biologis
>      Lingkungan
>      Budaya
>      Bahasa
>      Masalah etika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman